Komentar via Facebook
0%0% menganggap dokumen ini bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai bermanfaat
0%0% menganggap dokumen ini tidak bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai tidak bermanfaat
Sosok Sapardi Djoko Damono sejauh ini memang cukup dikenal, baik sebagai penyair, penerjemah, pengajar, maupun juga sebagai pengamat sastra. Para pembaca pasti tidak pernah ragu untuk mengatakan bahwa membaca puisi miliknya seperti Self-healing. Rangkaian kata-katanya yang indah membuat para pembaca akan jatuh cinta dengan kepiawaiannya dalam menulis sebuah karya. Karya-karyanya begitu sarat akan makna. Tidak pelak apabila beliau memang layak diperhitungkan dalam peta dan khazanah Sastra Indonesia Modern. Ketekunannya dalam dunia kreatif dan pengajaran sastra sungguh patut dikedepankan. Perahu Kertas ini merupakan buku kumpulan sajak milik Sapardi Djoko Damono. Pada akhir Maret 1984, karyany ini bahkan memenangi Hadiah Sastra DKJ untuk tahun 1983. Buku ini menjadi magis tersendiri untuk Sapardi Djoko Damono, karena beliau membuktinya dirinya merupakan seorang penyair suasana. Sapardi Djoko Damono mencoba menghidupkan fantasi-fantasi para pembaca, sehingga menemukan kembali dunia luar dan dunia dalam pengalaman kemanusiaan kita. Kata-katanya adalah segalanya dalam puisi Perahu Kertas ini. Sinopsis Buku Di Tangan Anak-anak Di tangan anak-anak, kertas menjelma perahu Sinbad yang tak takluk kepada gelombang, menjelma burung yang jeritnya membukakan kelopak-kelopak bunga di hutan; di mulut anak-anak, kata menjelma Kitab Suci. “Tuan, jangan kau ganggu permainanku ini.” *** Perahu Kertas pertama kali terbit pada tahun 1983. Buku ini memuat puisi-puisi Sapardi Djoko Damono yang selalu dikutip dan dibacakan di setiap waktu, di antaranya puisi Yang Fana Adalah Waktu, Tuan, Sihir Hujan, Hatiku Selembar Daun, dan Metamorfosis.
Perahu Kertas adalah sebuah film drama Indonesia tahun 2012 produksi Starvision dan Mizan Productions yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Film ini dibintangi oleh Maudy Ayunda dan Adipati Dolken.
Film ini diangkat dari novel berjudul berjudul sama karya Dewi Lestari. Lagu temanya berjudul Perahu Kertas yang dinyanyikan oleh Maudy Ayunda.
Perahu Kertas mengisahkan pasang surut hubungan dua anak manusia, yaitu Kugy (Maudy Ayunda) dan Keenan (Adipati Dolken). Kugy adalah seorang gadis tomboy, periang, dan yang percaya bahwa dirinya adalah agen Dewa Neptunus. Kugy selalu memiliki "ritual" unik, yaitu menulis setiap curahan hatinya ke selembar kertas, yang lalu dibuatnya menjadi perahu untuk kemudian dihanyutkan ke air. Meskipun sekilas dia gadis periang yang slenge'an, namun dia memiliki pandangan hidup yang cenderung filosofis.
Keenan, pelukis muda berbakat, dipaksa untuk kuliah di Fakultas Ekonomi oleh ayahnya. Bersama dengan sahabat Kugy sejak kecil, Noni (Sylvia Fully R), serta pacar Noni, yakni Eko (Fauzan Smith), yang juga adalah sepupu Keenan, mereka berempat menjadi geng kompak. Dari yang semula saling mengagumi, Kugy dan Keenan diam-diam saling jatuh cinta. Tapi berbagai hal menghalangi mereka. Tak hanya itu, persahabatan Kugy dan Noni pecah ketika Kugy, demi menjaga hatinya, tak datang pada pesta ulang tahun Noni yang diadakan di rumah Wanda.
Keenan akhirnya pergi ke rumah Pak Wayan (Tio Pakusadewo), seorang pelukis teman lama Lena, sekaligus mentor Keenan melukis. Dalam suasana hati yang gundah, kreativitas melukis Keenan buntu. Luhde (Elyzia Mulachela), keponakan Pak Wayan, berhasil mengembalikan semangat Keenan. Seorang kolektor langganan galeri Wayan bernama Remi (Reza Rahadian) menjadi pembeli pertama. Ingin cepat meninggalkan Bandung dan lingkungan lamanya, Kugy berjuang untuk lulus cepat.
Begitu lulus sidang, kakak Kugy yang bernama Karel (Ben Kasyafani) membantu agar Kugy magang di biro iklan bernama AdVocaDo milik temannya, yaitu Remi. Prestasi kerja Kugy cemerlang, dan menarik perhatian Remi.[1]
Sekuel film ini, Perahu Kertas 2, ditayangkan di bioskop mulai 4 Oktober 2012.
Ost. Perahu Kertas merupakan sebuah album musik kompilasi yang dirilis pada tahun 2012. Lagu utamanya di album ini ialah Perahu Kertas dari Maudy Ayunda.
"Ar, memangnya sedikit pun nama aku gak ada di hati kamu ya? Gak bisa sekali aja kamu liat aku?"
Arjuna yang tengah sibuk dengan ponselnya seketika menoleh ke belakang di mana seorang wanita yang menatapnya lurus.
"Lo bahkan udah tahu jawabannya." Jawabannya acuh tak acuh.
"Kenapa?" Ada nada lelah di sana, yang sama sekali tidak membuat pria berkemeja biru itu iba. Dengan santai dia malah melengos malas.
"Kenapa sih kayaknya susah banget buat kamu liat aku? Segitu bencinya kamu sama aku? Sampai-sampai kamu bahkan gak pernah bisa liat keberadaan ku?"
"Kalau udah tahu jawabannya, ngapain masih nanya?! Buang-buang waktu aja tahu gak?" Ujar Arjuna seperti biasa. Yang lagi-lagi membuat wanita di belakangnya tersenyum kecut.
"Seharusnya lo itu sadar, sampai kapan pun gue gak akan pernah suka sama lo. Boro-boro suka, liat keberadaan lo aja gue ogah. Jadi mending lo cabut aja deh dari sini. Kalau perlu, jangan muncul-muncul lagi. Muak gue liat lo."
"Kamu ... mau minta kado apa untuk hadiah ulang tahun tahun ini?"
"Pergi sejauh mungkin. Dan jangan pernah muncul di depan gue. Itu bakal gue anggep sebagai kado terindah dari lo. Kalau perlu gue bakal berterima kasih dan bahagia banget kalau Lo bisa ngelakuin itu." Tanpa peduli jika kini wajah di belakangnya sudah berubah rona, Arjuna pun berbalik. Namun kedua matanya tampak tertegun saat menemukan wajah tak biasa wanita di depannya.
"Kamu ... beneran pengen aku menghilang, ya?"
"Bukan cuman menghilang, gue juga pengen lo jadi orang asing mulai sekarang! Bisa?"
"Kalau nanti putri om ninggalin kamu, dia ngadu sama om kalau dia udah gak butuh kamu. Om yang akan jadi orang pertama yang bakal ngucapin terima kasih."
"Makasih karna udah buat putri om hancur-sehancuran-hancurnya! Dan sadar kalau dia udah gak butuh cowok brengsek kayak kamu!"
Di Tangan Anak-anak Di tangan anak-anak, kertas menjelma perahu Sinbad yang tak takluk kepada gelombang, menjelma burung yang jeritnya membukakan kelopak-kelopak bunga di hutan; di mulut anak-anak, kata menjelma Kitab Suci. “Tuan, jangan kauganggu permainanku ini.” Perahu Kertas pertama kali terbit pada tahun 1983. Buku ini memuat puisi-puisi Sapardi Djoko Damono yang selalu dikutip dan dibacakan di setiap waktu, di antaranya puisi Yang Fana Adalah Waktu, Tuan, Sihir Hujan, Hatiku Selembar Daun, dan Metamorfosis.
Required fields are marked*
Your rating of this product 0 1 2 3 4 5
Namanya Kugy. Mungil, pengkhayal, dan berantakan. Dari benaknya, mengalir untaian dongeng indah. Keenan belum pernah bertemu manusia seaneh itu. ... Namanya Keenan. Cerdas, artistik, dan penuh kejutan. Dari tangannya, mewujud lukisan-lukisan magis. Kugy belum pernah bertemu manusia seajaib itu. ... Dan kini mereka berhadapan di antara hamparan misteri dan rintangan. Akankah dongeng dan lukisan itu bersatu? Akankah hati dan impian mereka bertemu?
DEWI LESTARI, dikenal dengan nama pena Dee, lahir di Bandung,20 Januari 1976. Novel serial Supernova dengan episode pertamanya, Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh yang diterbitkannya kali pertama pada 2001 menjadi debut Dee dalam dunia sastra sekaligus menancapkan eksistensinya sebagai penulis papan atas Indonesia. Disusul episode kedua, Akar pada 2002, episode ketiga, Petir pada 2004, episode keempat yakni Partikel pada 2012, dan episode kelima, Gelombang pada 2014.Perahu Kertas (2009) merupakan novel genre populer Dee yang perdana. Novel ini sudah lebih dulu dilansir dalam versi digital (WAP) pada April 2008, dan pada Agustus 2009 diterbitkan dalam versi cetak oleh Bentang Pustaka. Naskah yang awalnya ditulis pada 1996 ini sempat mati suri selama sebelas tahun hingga akhirnya ditulis ulang oleh Dee pada akhir 2007.Tepat tiga tahun setelahnya, pada Agustus 2012, Perahu Kertas dilayarlebarkan dan berhasil menjadi film block buster nasional. Disutradarai oleh Hanung Bramantyo, film Perahu Kertas merupakan hasil kerja sama antara Bentang Pictures, Starvision Plus, dan Dapur Film. Dee ikut terlibat sebagai penulis naskah. Film Perahu Kertas 2 dilansir pada Oktober dalam tahun yang sama.Kiprahnya dalam dunia ke penulisan juga telah membawa Dee ke berbagai ajang nasional dan internasional. Dee juga telah melahirkan buku-buku fenomenal lainnya, yakni Filosofi Kopi (2006), Rectoverso(2008), dan Madre (2011).Kini, Dee menetap di pinggir Kota Jakarta yang tenang bersama suami dan kedua anaknya tercinta.
I. Identitas BukuJudul buku : Perahu KertasPenulis : Dewi LestariISBN : 978-979-1227-78-0Penerbit : Bentang Pustaka dan Truedee Pustaka SejatiEditor : Hermawan AksanCetakan : I, Agustus 2009Tebal : XII + 444 halaman; 20 cmTahun Terbit : 2010Jumlah Halaman : 444 halaman
Novel perhau kertas dimulai dengan kisah seorang anak muda bernama Keenan. Ia seorang remaja yang baru saja menyelesaikan sekolah menengah atas-nya di Belanda, tepatnya di Amsterdam. Keenan menetap di Negara tersebut selama hampir 6 tahun lamanya, bersama sang nenek. Keenan terlahir dengan cita-cita menjadi pelukis. Namun, ia dipaksa untuk kembali ke Indonesia oleh sang Ayah. Keluarganya tidak mendukung Keenan menjadi seorang pelukis. Ia pada akhirnya memulai perkuliahan di salah satu Universitas di Bandung. Ia mengalah dan memutuskan untuk belajar di Fakultas Ekonomi.
Tokoh sentral lainnya adalah wanita bertubuh mungil bernama Kugy. Ia digambarkan dengan kepribadian yang riang dan ceria. Berbeda dengan Keenan yang cenderung dingin dan kaku. Kugy juga merupakan sosok yang eksentrik pun nyentrik. Ia akan sangat mudah dikenali jika ada di dalam kerumunan. Kugy menggilai dongeng dan kisah klasik. Sedari kecil ia bercita-cita menjadi seorang penulis dongeng. Ia memiliki sejumlah koleksi buku dongeng, ingin penjadi seorang perancang dongen pun juru dongeng. Namun di tengah impiannya yang menggebu, kenyataan memaksanya sadar bahwa penulis dongen bukan profesi yang banyak menghasilkan materi. Kugy dipaksa untuk menyimpan mimpinya demi sebuah rasionalitas pun realisme. Meski demikian, tokoh Kugy ini tidak patah arang. Ia mencintai dunia tulis-menulis. Hal ini yang membuat ia melanjutkan pendidikannya di Fakultas Sastra di salah satu Universitas di Bandung. Tempat kuliah yang sama dengan tokoh lainnya, Keenan.
Pertemuan antara kedua tokoh ini tak terlepas dari tokoh lain yakni Noni dan Eko. Noni tokoh pendukung cerita yang merupakan sahabat dekat Kugy. Sementara itu, Eko adalah sepupu Keenan. Pertemuan pertama Kugy dan Keenan adalah momen dimana Eko dan Noni menjemput Keenan yang baru tiba di Indonesia.
Seiring berjalannya waktu, Kugy pun Keenan menjalin persahabatan bersama Eko dan Noni. Diam-diam, mereka saling mengagumi. Kugy yang senang bercerita lewat dongeng merasa takjub bertemu dengan Keenan, seseorang yang mampu bercerita lewat gambar. Mereka diam-diam jatuh cinta dalam diam. Namun, kondisi menuntut mereka untuk terus diam dan menebak. “Diam”-nya mereka terhadap perasaan masing-masing semakin menjadi dikarenakan Kugy telah memiliki pacar bernama Ojos atau Joshua. Sementara itu, Keenan yang belum memiliki pasangan, hendak dijodohkan dengan tokoh bernama Wanda. Wanda sendiri adalah seorang Kurator. Hal ini yang membuat Eko juga Noni bersemangat mendekatkannya dengan Keenan yang jago melukis.
Persahabatan Kugy, Keenan, Eko dan Noni berjalan apa adanya. Namun lambat laun mereka renggang. Kugy sibuk dengan muridnya di sekolah darurat. Ia menjadi salah satu guru relawan. Ia mengajar dengan cara mendongeng. Anak-anak yang semula usil pada Kugy, berbalik suka berkat dongeng petualangan berjudul “Jenderal Pilik dan Pasukan Alit”. Dongeng tersebut dituliskan Kugy dalam sebuah buku. Di waktu mendatang, buku dongeng tersebut ia berikan pada Keenan.
Lain lagi dengan Keenan, ia juga sibuk dengan kehidupannya termasuk kedekatannya dengan Wanda. Pada mulanya, hubungan mereka baik-baik saja. Namun, beberapa waktu hubungan tersebut menjadi pelik dan menghentak Keenan. Ia menyadari bahwa apa yang ia berusaha bangun, hancur dalam hitungan waktu semalam. Ia sedih, remuk dan kecewa. Keenan pun memutuskan untuk meninggalkan Kota Bandung menuju Kota Bali. Di Pulau Dewata tersebut, Keenan tinggal dengan Pak Wayan. Sahabat ibunya.
Sebelum pergi, Kugy memberi Keenan buku dongen “Jenderal Pilik dan Pasukan Alit”. Keenan membawanya ke Bali. Di tempat Pak Wayan, perlahan Keenan membangun hidup dan mimpinya kembali. Ia hidup bersama banyak seniman dan menjadikan naluri seninya dalam melukis semakin terasah. Di Bali, Keenan mengagumi Luhde Laksmi, keponakan Pak Wayan. Pada akhirnya, Setelah beberapa waktu, Keenan menjadi salah satu pelukis yang karyanya diburu. Ia menciptakan serial lukisan yang digemari kolektor. Kisah tersebut adalah dongeng yang sebelumnya Kugy berikan.
Sementara itu, selepas kuliah Kugy kembali ke Jakarta dan menjadi seorang Copywriter. Ia kemudian menjalin hubungan dengan atasannya yang juga merupakan karib kakaknya. Ia dan Remi menjalin hubungan meski diam-diam Kugy masih sering mengenang Keenan. Sampai suatu waktu, Kugy kembali bertemu dengan Keenan yang terpaksa meninggalkan Bali karena ayahnya terkena serangan stroke. Keenan harus melanjutkan perusahaan ayahnya. Pertemuan Kugy dan Keenan di kondisi yang berbeda ini membuat mereka tak bisa lagi menahan perasaan masing-masing. Konflik dimulai dari sini.
Secara umum, Dee mengemas cerita cinta ini dengan sederhana namun sarat makna. Kisah ini tentang pencarian cinta yang dibiarkan mengalir hingga kebali bermuara seperti perahu kertas. Melalui Kugy dan Keenan, Dee menyajikan cerita cinta yang biasa namun dalam. Pemilihan kata serta alur taktis membuat kisah di dalam novel Perahu Kertas ini menarik untuk dibaca. Meski temanya teramat ringan, namun signatur dee dalam derita ini sama memikatnya dengan buku bertema berat milik dee lainnya.